Madanika.id, Jalur Gaza – Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Jalur Gaza pada Selasa dini hari, menargetkan puluhan lokasi yang diklaim sebagai basis Hamas. Serangan ini disebut sebagai yang paling intens sejak gencatan senjata disepakati pada Januari lalu. Otoritas kesehatan Palestina melaporkan sedikitnya 69 orang tewas akibat serangan tersebut.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan ini dilakukan karena mandeknya pembicaraan untuk memperpanjang gencatan senjata. Kantor Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan meningkatkan tekanan militer terhadap Hamas. Operasi ini disebut tidak memiliki batas waktu dan diperkirakan akan terus meluas.

Serangan mendadak tersebut menghancurkan ketenangan selama bulan suci Ramadan dan berpotensi memicu kembali perang yang telah berlangsung selama 17 bulan. Konflik berkepanjangan ini telah merenggut lebih dari 48.000 nyawa warga Palestina dan menyebabkan kehancuran besar di Gaza.

Hamas mengecam serangan tersebut sebagai bentuk eskalasi tanpa alasan yang jelas dan memperingatkan bahwa tindakan Israel membahayakan nasib sandera yang masih ditahan. Sementara itu, belum ada tanggapan langsung dari Amerika Serikat. Namun, dalam pernyataan sebelumnya, utusan AS Steve Witkoff memperingatkan bahwa Hamas harus segera membebaskan sandera yang masih hidup atau menghadapi konsekuensi serius.

Seorang pejabat Israel yang enggan disebutkan namanya menyebut bahwa serangan ini menargetkan infrastruktur, pemimpin, dan kekuatan militer Hamas. Ia juga menyebut bahwa operasi akan diperluas ke luar serangan udara.

Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, memperingatkan bahwa Gaza akan menghadapi "gerbang neraka" jika Hamas tidak segera membebaskan para sandera. "Kami tidak akan berhenti sampai semua sandera kembali dan tujuan perang kami tercapai," ujarnya.

Suara ledakan terdengar di berbagai penjuru Gaza. Rumah sakit yang menerima korban melaporkan puluhan jenazah berdatangan. Sementara itu, tim penyelamat menghadapi kendala besar dalam mengevakuasi korban karena serangan terjadi di banyak titik secara bersamaan.