Madanika.id, Surakarta - Presiden terpilih Prabowo Subianto menutup Kongres Nasional Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dengan kisah personal mengenai hewan favoritnya: gajah. Dalam pidatonya di Auditorium Universitas Muhammadiyah Surakarta, Prabowo menyampaikan bahwa gajah telah lama menjadi simbol yang dekat dengan kehidupannya. Cerita itu menghangatkan suasana kongres dan langsung dikaitkan dengan keputusan PSI mengganti lambang partai dari bunga mawar menjadi gajah berwarna merah-hitam.
Menurut Prabowo, kecintaannya terhadap gajah bukan hal baru. Di kediamannya di Hambalang, simbol gajah banyak dijumpai, termasuk sebagai logo perpustakaan pribadinya. Ia juga mengungkap keterlibatannya dalam upaya konservasi gajah, termasuk inisiatif menyerahkan lahan seluas puluhan ribu hektare di Aceh untuk perlindungan satwa tersebut. Prabowo menyebut awalnya ditawari 10.000 hektare oleh organisasi konservasi internasional, namun kemudian memperluas kontribusinya hingga 90.000 hektare.
Cerita itu dianggap memperkuat kesesuaian logo baru PSI dengan nilai-nilai yang ia anut. Lambang gajah, menurutnya, bukan sekadar hewan besar, tetapi juga mencerminkan kekuatan, kecerdasan, dan keteguhan. Simbol ini dinilai tepat dalam mewakili semangat baru PSI yang kini menyebut dirinya sebagai “Partai Super Terbuka (Tbk.)”.
Reaksi hadirin dalam kongres berlangsung hangat. Para kader menyambut antusias kisah dan pernyataan Prabowo, terutama karena logo gajah memang sudah dikenalkan sejak hari pertama kongres. Tidak sedikit yang menganggap cerita tersebut sebagai validasi simbolik atas arah baru PSI.
Kongres yang berlangsung pada 19–20 Juli 2025 di Solo ini juga menetapkan kembali Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI untuk periode 2025–2030. Selain pemilihan ulang ketua umum dan perkenalan identitas visual baru, PSI juga menegaskan transformasi partai ke arah yang lebih terbuka, partisipatif, dan modern melalui sistem e-vote dan peningkatan jumlah kader.
Di akhir acara, Prabowo menyampaikan apresiasi terhadap perubahan simbol partai. Dukungan itu dilengkapi oleh kehadiran Presiden Joko Widodo, yang dalam kesempatan berbeda menyebut gajah sebagai lambang kekuatan dan ilmu pengetahuan—menjadi landasan filosofis baru bagi PSI untuk menatap pemilu 2029.
Transformasi citra PSI tidak hanya terlihat dari struktur dan sistem, tetapi juga dari narasi yang dibangun: antara kekuatan simbolik, kedekatan emosional, dan konsistensi nilai yang mencerminkan arah politik masa depan partai ini. Dan di panggung itu, gajah menjadi lambang baru yang menyatukan pengalaman personal, agenda konservasi, dan identitas politik yang tengah tumbuh.