Madanika.id, MAKASSAR - Kapten PSM Makassar, Yuran Fernandes, menerima sanksi berat dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI berupa larangan beraktivitas dalam seluruh kegiatan sepak bola Indonesia selama 12 bulan serta denda sebesar Rp25 juta. Sanksi itu dijatuhkan berdasarkan SK Komdis No. 163 yang diterima klub pada Jumat, 9 Mei 2025.
Hukuman ini menyusul kritik pedas yang disampaikan Yuran melalui Instagram Story pasca kekalahan PSM 1-3 dari PSS Sleman. Dalam unggahannya pada 4 Mei, bek asal Cape Verde itu menulis bahwa sepak bola Indonesia hanya pantas dijadikan lelucon. Ia juga menyindir soal level permainan dan korupsi yang disebutnya “tetap sama.”
“Sepak bola di Indonesia hanya candaan. Makanya level dan korupsinya akan tetap sama. Jika Anda ingin menghasilkan uang, Anda bisa datang ke Indonesia. Jika Anda ingin bermain sepak bola serius, menjauhlah dari Indonesia,” tulis Yuran.
Unggahan itu sempat viral sebelum akhirnya dihapus. Yuran kemudian menyampaikan permintaan maaf dan klarifikasi bahwa kritiknya bukan ditujukan kepada negara, melainkan sistem sepak bola di Indonesia. Ia juga telah menjalani sidang disiplin secara daring pada 7 Mei.
Meski permintaan maaf telah disampaikan, Komdis tetap menjatuhkan sanksi. Pihak PSM Makassar menyatakan keberatan atas keputusan tersebut. Melalui pernyataan resmi, manajemen klub menegaskan akan mendampingi Yuran dan segera mengajukan banding ke Komdis PSSI.
Manajemen juga menyayangkan waktu pemberitahuan yang datang menjelang laga penting, padahal Yuran telah menjalani persiapan dan masuk dalam daftar pemain aktif.
Kasus ini menarik perhatian luas di kalangan penggemar sepak bola dan media luar negeri. Beberapa media Malaysia menyoroti sanksi ini sebagai bentuk pembungkaman kritik dan menilai PSSI belum siap menerima evaluasi terbuka dari pelaku sepak bola profesional.
Hingga kini, PT Liga Indonesia Baru (LIB) belum merilis pernyataan resmi mengenai status Yuran dalam kompetisi, sambil menunggu proses banding yang diajukan klub.
Sorotan terhadap Yuran Fernandes membuka ruang perdebatan tentang batas kebebasan berekspresi bagi atlet, serta seberapa jauh kritik terhadap sistem boleh disampaikan tanpa risiko sanksi.
Ikuti Kami