
Foto James Collington/Pexels
Tesla Goyang: Laba Menyusut, Elon Musk Redup?
Madanika.id, Austin – Tesla, perusahaan kendaraan listrik yang selama ini identik dengan laju agresif dan profit bombastis, kini mulai goyah. Dalam laporan keuangan kuartal I 2025 yang dirilis April lalu, Tesla melaporkan penurunan laba bersih sebesar 71 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tajam itu menjadi peringatan serius bagi investor — dan publik pun menyaksikan sesuatu yang jarang terjadi: Elon Musk terdengar letih dan tidak meyakinkan.
Nada lesu Musk terekam dalam sesi konferensi dengan para analis. Tak ada jargon futuristik. Tak ada janji spektakuler. Alih-alih berbicara tentang mobil terbang atau koloni Mars, CEO Tesla itu justru menekankan bahwa perusahaan tengah "menghadapi masa-masa menantang".
“Permintaan lesu, margin menyusut, dan kompetisi meningkat,” kata Musk dalam earnings call tersebut. Ia menambahkan bahwa Tesla akan fokus pada efisiensi dan upaya mengamankan posisi di pasar kendaraan listrik global yang kini makin padat.
Dalam angka, krisis Tesla tampak nyata. Pendapatan kuartal I mencapai US$ 19,3 miliar, turun 9 persen secara tahunan. Namun yang paling mengkhawatirkan adalah laba per saham (EPS) Tesla yang hanya US$ 0,27, jauh di bawah ekspektasi analis yang mematok proyeksi US$ 0,41.
Tanpa penjualan kredit emisi karbon sebesar US$ 595 juta, Tesla nyaris tak mencatatkan keuntungan. Artinya, laba bersih perusahaan kini bukan lagi berasal dari mobil listrik, melainkan dari "uang ganti rugi" karena perusahaan lain belum ramah lingkungan.
Tumbangnya Aura Musk?
Selama lebih dari satu dekade, Elon Musk bukan sekadar pimpinan perusahaan. Ia adalah ikon, pemicu reli harga saham, dan pionir teknologi futuristik yang dicintai sekaligus ditakuti Wall Street. Tapi kali ini, karisma Musk tampak meredup.
Analis dari Wedbush Securities, Dan Ives — yang selama ini dikenal sebagai pendukung setia Tesla — memangkas target harga saham Tesla sebesar 43 persen, menyebut kondisi saat ini sebagai “momen reality check”.
"Tesla seperti kehilangan arah," kata Ives dalam catatan analisnya. "Mereka gagal mengeksekusi dengan baik, dan Musk terlalu terdistraksi dengan proyek lain."
Yang dimaksud tentu bukan rahasia. Aktivitas Musk di luar Tesla — termasuk kegiatannya di X (dulu Twitter), perusahaan AI xAI, hingga komentar politiknya yang kontroversial — disebut-sebut mengaburkan fokus dan citra Tesla sebagai merek otomotif masa depan.
Di Antara Dua Tarikan: Pangsa Pasar atau Margin?
Secara strategi, Tesla juga tampak terjebak dalam dilema klasik. Demi mempertahankan volume penjualan, mereka memangkas harga jual mobil secara agresif sejak 2023. Akibatnya, margin keuntungan menyusut drastis.
Gross margin divisi otomotif kini menyentuh angka terendah sejak pandemi, di bawah 15 persen, padahal sebelumnya pernah menyentuh 25 persen lebih.
Elon Musk membela strategi ini. “Untuk menang di pasar kendaraan listrik, kita harus menjadi pabrikan dengan skala terbesar,” ujarnya. Ia percaya bahwa dalam jangka panjang, volume besar akan menciptakan efisiensi dan membuka peluang baru lewat langganan software seperti Full Self-Driving (FSD).
Namun hingga kini, robotaxi dan mobil otonom penuh masih belum jelas kapan terealisasi. Yang lebih mendesak justru permintaan kendaraan Tesla yang menurun, khususnya di pasar utama seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Cybertruck Macet, Model Y Melambat
Salah satu proyek andalan Tesla, Cybertruck, yang dipromosikan dengan penuh gaya sejak 2019, justru jadi beban. Produksi perdananya tertunda, dan hingga kuartal I 2025, Tesla hanya mengirim sekitar 6.400 unit, jauh dari proyeksi jutaan pesanan awal.
Sementara Model Y, yang menjadi tulang punggung penjualan, juga menunjukkan tanda-tanda stagnasi. Tesla bahkan menunda peluncuran varian murah Model Y yang dijanjikan hadir awal 2025. Ini membuat pasar bertanya: apakah Tesla mulai kehabisan amunisi produk?
Menuju Titik Balik?
Dengan tekanan margin, penurunan laba, penundaan produk, dan keraguan terhadap fokus Musk, banyak pihak mulai mempertanyakan: apakah ini awal dari akhir dominasi Tesla?
Belum tentu. Tesla masih memiliki kekuatan finansial cukup besar, cadangan kas miliaran dolar, serta pangsa pasar yang sulit ditandingi. Mereka juga sedang menyiapkan uji coba robotaxi fleet di Austin, Texas, menggunakan Model Y modifikasi sebagai taksi otonom — jika berhasil, ini bisa jadi game-changer.
Namun saat ini, pasar tidak sedang membeli mimpi. Investor ingin bukti nyata pemulihan, bukan sekadar presentasi. Dan untuk pertama kalinya dalam waktu lama, Elon Musk terlihat seperti manusia biasa: kelelahan, penuh tekanan, dan dipertanyakan.
Ikuti Kami