
Poster ucapan welcome untuk Fabio Lafundes (Foto : www.borneofc.id)
Fabio Lefundes dan Kutukan Kursi Panas di Borneo FC
Madanika.id, Samarinda - Fabio Lefundes resmi ditunjuk sebagai pelatih kepala baru Borneo FC Samarinda. Nama pelatih asal Brasil ini memang bukan pendatang baru dalam dunia sepak bola Asia, dan terlebih lagi, Liga 1 Indonesia. Penunjukan ini sekaligus menandai babak baru bagi klub Pesut Etam yang sejak beberapa tahun terakhir dikenal dengan pola pergantian pelatih yang cepat dan kerap tak terduga.
Fabio, 52 tahun, bukan nama sembarangan. Ia sempat menjadi bagian dari dinasti kejayaan Jeonbuk Hyundai Motors di Korea Selatan klub yang berjaya di level domestik maupun Asia. Ia bekerja selama enam tahun sebagai pelatih fisik dan asisten, turut merasakan empat gelar K-League dan satu trofi Liga Champions Asia. Kariernya di Asia berlanjut ke Tiongkok bersama Shandong Luneng dan sempat singgah di Brasil untuk melatih Botafogo.
Kiprahnya sebagai pelatih kepala dimulai di Madura United, lalu dilanjutkan bersama Persita Tangerang. Di dua klub tersebut, Fabio dikenal sebagai pelatih yang disiplin, mengutamakan organisasi permainan, dan tak segan memberi ruang kepada pemain muda. Gaya bermainnya cenderung pragmatis—bertumpu pada pertahanan rapat dan transisi cepat, khas pendekatan 4-3-3 defensif.
Tantangan besar menantinya di Samarinda. Borneo FC adalah klub yang ambisius, tapi belum menemukan kestabilan dari sisi kepelatihan. Sejak 2018, klub ini tercatat telah menunjuk lebih dari sepuluh pelatih berbeda, termasuk nama-nama asing seperti Dejan Antonic, Mario Gomez, hingga Milomir Seslija. Beberapa hanya bertahan satu musim, bahkan ada yang tak sampai separuh kompetisi.
Kondisi ini membuat kursi pelatih di Borneo FC kerap disebut "kursi panas." Satu musim bisa diisi dua hingga tiga nama. Pemecatan tak selalu soal hasil buruk, melainkan sering kali karena visi yang dianggap tak sejalan dengan manajemen. Hal ini membuat keberadaan pelatih kepala menjadi sangat rapuh.
Fabio Lefundes kini diharapkan menjadi antitesis dari siklus itu. Ia bukan hanya dituntut membawa Borneo FC meraih prestasi, tetapi juga menghadirkan stabilitas dalam jangka panjang. Klub menaruh harapan bahwa pengalaman dan pendekatan taktisnya mampu menyatukan potensi besar skuad Borneo—yang terdiri dari kombinasi pemain senior dan talenta muda.
Manajemen Borneo FC, menyebut penunjukan Fabio sebagai bagian dari "penyamaan visi jangka panjang." Meski terdengar menjanjikan, sejarah pergantian cepat di Borneo FC tetap menjadi bayangan. Fabio dituntut tak hanya menjinakkan lawan di lapangan, tapi juga menjinakkan tekanan dari dalam klubnya sendiri.
Kini, segalanya ada di tangan Lefundes. Mampukah ia bertahan lebih dari satu musim dan mematahkan kutukan kursi panas Borneo FC? Atau akan kembali menjadi bagian dari statistik pelatih yang datang dan pergi terlalu cepat di Samarinda?
Ikuti Kami