__temp__ __location__
Semakmur Banner
`
Dari Petral hingga “Papa Minta Saham”: Menguak Jejak Kasus Muhammad Riza Chalid

Muhammad Riza Chalid : Tersangka Kasus Pertamina

Dari Petral hingga “Papa Minta Saham”: Menguak Jejak Kasus Muhammad Riza Chalid

Madanika.id - Sosok Muhammad Riza Chalid selama bertahun-tahun menghantui pusaran bisnis minyak Indonesia bak bayangan “mafia migas”. Pengusaha yang dijuluki “Saudagar Minyak” atau “The Gasoline Godfather” ini kerap muncul dalam deretan skandal besar, mulai dari permainan impor minyak di tubuh Pertamina hingga drama politik “Papa Minta Saham” yang mengguncang Senayan.

Meski namanya berulangkali terseret kasus korupsi, Riza Chalid selalu luput dari jerat hukum. Ia mangkir dari panggilan, menghilang ke luar negeri, dan kasus-kasus pun menguap tanpa tersentuh vonis. Baru pada tahun 2025, setelah bertahun-tahun menghindar, “penguasa abadi bisnis minyak” ini akhirnya resmi ditetapkan sebagai tersangka dalam skandal korupsi Pertamina terbaru.

Artikel ini menelusuri secara kronologis jejak kasus Riza Chalid, menganalisis perannya, serta dampaknya terhadap hukum dan politik Indonesia.

1. Patgulipat Impor Minyak Zatapi (2008)

Jejak kontroversi Riza Chalid mulai tercium pada 2008 lewat skandal impor minyak Zatapi. Saat itu, Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina Energy Trading Ltd (Petral), mengimpor 600 ribu barel minyak mentah jenis “Zatapi” senilai US$54 juta. Minyak ini didatangkan melalui dua perusahaan pemasok: Global Energy Resources dan Gold Manor International, yang belakangan dicurigai memiliki keterkaitan dengan Riza Chalid.

Harga minyak Zatapi dipatok setara minyak premium Tapis, yakni sekitar US$100 per barel, padahal analis menduga minyak tersebut merupakan hasil blending minyak murah. Artinya, terdapat indikasi mark-up harga besar-besaran.

DPR RI, melalui anggota Komisi VII Alvin Lie, menyoroti kejanggalan tersebut. Mabes Polri kemudian membuka penyidikan dan menetapkan tiga pejabat Pertamina sebagai tersangka. Nama Riza Chalid pun mencuat, diduga sebagai pemasok utama di balik perusahaan yang memasok Zatapi. Namun, pada Februari 2010, Polri menghentikan penyidikan dengan alasan tidak ditemukan kerugian negara secara formal — meski Pertamina diduga mengalami kerugian hingga Rp65 miliar.

Episode ini menjadi pola berulang: nama Riza disebut, tapi tak pernah dijerat hukum.

2. “Sarang Mafia Migas” Petral Terbongkar

Petral sejak lama dikenal sebagai jantung kegiatan ekspor-impor minyak mentah dan BBM. Pada 2013 saja, omzetnya mencapai lebih dari US$33 miliar. Namun, Petral juga kerap dituding sebagai sarang mafia minyak.

Pemerintahan Joko Widodo akhirnya membubarkan Petral pada Mei 2015. Lalu, audit forensik oleh firma independen KordhaMentha menemukan adanya praktik bocornya informasi tender internal kepada pihak ketiga. Email rahasia seperti trading88@ymail.com digunakan untuk menyuplai data harga dan HPS kepada perusahaan tertentu.

Perusahaan seperti Global Energy Resources dan Veritaoil diduga terafiliasi dengan Riza Chalid — disebut menerima keuntungan dari bocoran informasi tersebut. Bahkan, jaringan perusahaan Riza disebut mendominasi pasokan minyak ke Pertamina selama bertahun-tahun.

Meski terbukti ada praktik curang di Petral, dan KPK pada 2019 menetapkan eks Dirut Petral Bambang Irianto sebagai tersangka penerima suap, lagi-lagi nama Riza Chalid tidak tersentuh hukum.

3. Skandal “Papa Minta Saham” Freeport (2015)

Kasus yang paling mengguncang publik adalah skandal “Papa Minta Saham” pada akhir 2015. Dalam sebuah rekaman rahasia, terdengar percakapan antara Ketua DPR Setya Novanto, Riza Chalid, dan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin.

Rekaman itu mengungkap bagaimana Novanto dan Riza diduga mencatut nama Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla untuk meminta jatah 20% saham Freeport sebagai syarat memperpanjang izin operasi perusahaan tambang tersebut.

Menteri ESDM saat itu, Sudirman Said, menyerahkan rekaman ini ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Sidang etik digelar secara terbuka dan menjadi sorotan nasional. Tanpa kehadiran Riza – yang langsung “hilang” ke luar negeri – MKD tetap menjatuhkan sanksi pemberhentian kepada Setya Novanto sebagai Ketua DPR.

Dari sisi hukum pidana, Kejaksaan Agung membuka penyelidikan dengan dugaan pemufakatan jahat. Namun, karena Riza Chalid tidak pernah memenuhi panggilan penyidik, kasus ini akhirnya mandek.

4. Terjerat Korupsi Pertamina 2018–2023: “Godfather” di Ujung Tanduk

Setelah dua dekade kebal hukum, pada 2025 Kejaksaan Agung resmi menetapkan Riza Chalid sebagai tersangka dalam kasus korupsi pengadaan minyak mentah dan produk kilang di tubuh Pertamina.

Ia diduga sebagai pemilik manfaat dari PT Orbit Terminal Merak (OTM) dan PT Tangki Merak, dua perusahaan yang mengatur skema sewa tangki BBM fiktif. Selain itu, terungkap praktik pengoplosan BBM subsidi, serta keterlibatan perusahaan lain seperti Navigator Khatulistiwa yang dikendalikan oleh putra Riza Chalid, Muhammad Kerry Adrianto Riza.

Kerugian negara akibat kasus ini ditaksir mencapai Rp285 triliun. Penyidik menyita dokumen dan uang tunai dari rumah Riza di Jakarta. Namun, hingga artikel ini ditulis, Riza Chalid masih berada di luar negeri dan mangkir dari tiga kali panggilan kejaksaan. Pemerintah Indonesia tengah menempuh jalur ekstradisi melalui kerja sama dengan Singapura.

5. Tanggapan dan Dampak: Ujian Pemberantasan Mafia Migas

Kasus-kasus yang melibatkan Riza Chalid menunjukkan betapa kuatnya kekuasaan oligarki bisnis dalam mempengaruhi hukum dan kebijakan negara. Berkali-kali disebut, namun selalu luput dari jeratan hukum, membuat publik pesimistis terhadap komitmen pemberantasan korupsi di sektor energi.

Skandal "Papa Minta Saham" bahkan berhasil menggulingkan Ketua DPR RI kala itu, memperlihatkan betapa dalamnya pengaruh bisnis dalam politik. Meski demikian, momentum penetapan tersangka terhadap Riza dalam kasus Pertamina membuka harapan baru.

Pertanyaannya kini: akankah hukum benar-benar berlaku untuk semua, atau akan kembali menunjukkan bahwa ada "orang tertentu" yang tetap tak tersentuh?

Perjalanan hukum Muhammad Riza Chalid bukan hanya catatan hitam dalam dunia migas Indonesia, tetapi juga cermin dari sistem hukum yang kerap tunduk pada kekuasaan modal. Bila kasusnya berhasil dibawa ke pengadilan dan diputus secara adil, ini bisa menjadi tonggak sejarah dalam perang melawan mafia energi. Jika tidak, “Gasoline Godfather” mungkin hanya akan menjadi satu dari banyak penguasa bisnis yang tak pernah benar-benar jatuh — hanya menghilang, menunggu panggung berikutnya.

Mendag Budi Santoso Terima Audiensi Depalindo, Bahas Penguatan Ekspor dan Efisiensi Logistik
Mendag Budi Santoso Terima Audiensi Depalindo, Bahas Penguatan Ekspor dan Efisiensi Logistik
Prabowo Subianto Tinjau Lokasi Banjir di Badung, Bali
Prabowo Subianto Tinjau Lokasi Banjir di Badung, Bali