
Ketua BEM FKIP Unmul Ilman Nur Rezky (Foto : Istimewa)
Banjir Kembali Rendam FKIP Unmul, Mahasiswa dan Dekanat Sepakat Butuh Solusi Konkret
Madanika.id, Samarinda – Hujan lebat yang mengguyur Kota Samarinda pada Selasa (27/5/2025) kembali menyebabkan banjir di kawasan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Mulawarman. Tiga lokasi utama yang terdampak banjir adalah Kampus Pahlawan, Kampus Bangris, dan Kampus Gunung Kelua. Air bahkan masuk hingga ke ruang kelas dan koridor, mengganggu jalannya perkuliahan dan mobilitas mahasiswa.
Dekan FKIP Unmul, Susilo, menyatakan bahwa lokasi kampus yang berada di wilayah rendah menjadi faktor utama terjadinya banjir.
“Air dari dataran tinggi, termasuk area Fakultas Kedokteran, semuanya turun ke FKIP. Infrastruktur drainase kita sangat terbatas karena kondisi geografis dan lahan yang sudah padat,” kata Dekan FKIP Unmul Susilo, di Ruang Dekan Unmul, Rabu (28/5/2025).
Ia juga menekankan bahwa penanganan banjir secara menyeluruh memerlukan strategi jangka panjang. Dalam hal ini, FKIP berencana memindahkan seluruh aktivitas akademik ke Kampus Bangris pada tahun 2027.
“Sudah ada alokasi anggaran Rp379 miliar dalam program pembangunan Unmul. Setelah FKIP pindah, area yang saat ini langganan banjir akan dijadikan ruang terbuka hijau dan penyerapan air,” ujarnya.
Susilo menambahkan bahwa rencana relokasi tersebut merupakan bagian dari program strategis Kementerian Pendidikan. Namun, sebelum pemindahan dilakukan, pihak dekanat menyiapkan langkah-langkah mitigasi sementara.
“Kami usahakan pengurasan air secara cepat dan pengalihan ruang kuliah ke tempat yang lebih aman seperti ruang S2. Dalam kondisi darurat, kuliah daring juga akan diaktifkan,” katanya.
Ia juga mengharapkan pemahaman dan dukungan dari para mahasiswa untuk bersama-sama mengatasi keterbatasan kampus saat ini.
Wakil Dekan III FKIP, Widi, turut menyampaikan apresiasi kepada para mahasiswa yang tetap semangat mengikuti kegiatan belajar meskipun harus menghadapi banjir.
“Ada yang membuat jembatan dadakan dari kursi panjang agar bisa masuk ke kelas. Ini menunjukkan semangat belajar yang luar biasa,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua BEM FKIP Unmul, Muhammad Rezky Nur Ilman, menyampaikan bahwa banjir yang terus berulang sangat mengganggu proses pendidikan. Ia meminta dekanat untuk tidak hanya berfokus pada solusi jangka panjang, tapi juga mengambil langkah nyata dalam waktu dekat. Ia juga menuntut keterlibatan aktif dari pemerintah kota Samarinda dan BPBD.
“Kami mengapresiasi niat relokasi, tapi mahasiswa membutuhkan solusi cepat. Drainase darurat, jalur evakuasi, dan kejelasan sistem kuliah saat banjir harus segera dibenahi,” tegasnya.
Ilman menekankan pentingnya keterlibatan mahasiswa dalam menyusun kebijakan darurat yang lebih adaptif.
“BEM FKIP siap berkolaborasi dalam menyusun protokol kebencanaan dan skema kuliah alternatif. Tapi kami juga berharap komunikasi dengan pimpinan fakultas lebih terbuka dan cepat merespons,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa banjir tidak bisa lagi dianggap sebagai insiden langka, melainkan sudah menjadi bencana yang terjadi secara rutin dan harus dihadapi secara serius.
Dengan kondisi seperti ini, kolaborasi antara pihak dekanat dan mahasiswa dianggap menjadi kunci utama untuk mempertahankan kualitas pendidikan di FKIP Unmul. Meski harapan besar digantungkan pada relokasi tahun 2027, namun langkah-langkah konkret dalam jangka pendek tetap menjadi prioritas utama saat ini.
Ikuti Kami